Dongeng Festival Anak Berani: Edukasi Perlindungan dan Keselamatan Diri Anak

 


Sabtu, 27 Januari 2024 lalu, Seroja berkesempatan mengadakan agenda kolaborasi bersama Kesatria Anak Solo dan Sahabat Kapas dengan tajuk “Dongeng Festival Anak Berani: Edukasi Perlindungan dan Keselamatan Diri Anak.” Bertempat di Aula KB - TK Mumtazul Ilmi, Nusukan.

Acara dimulai pukul 08.30 WIB dan dihadiri oleh adik-adik binaan Seroja, siswa-siswi KB TK Mumtazul Ilmi, serta adik adik TPA setempat dengan Pembawa Acara Kak Adis dan Kak Shafry yang ceria.

Sebelum lanjut mendongeng bersama Kaak Adis, Bu Retno Heny Pujiati selaku Ketua Lembaga PPAP Seroja menyampaikan dukungannya atas acara tersebut yang tentu saja besar harapannya dapat menjadi ruang edukasi untuk anak-anak dan orangtua tentang pentingnya Melindungi Diri dari Kekerasan Seksual.

Kemudian dilanjutkan dengan dongeng tentang Arju si Anak Pemberani yang disampaikan oleh Kak Adis.

Pelecehan seksual sendiri merupakan tindakan seksual baik berupa kontak fisik maupun non-fisik. Tindakan tersebut tidak boleh disepelekan karena dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan, hingga memicu gangguan kesehatan mental dan fisik. Anak-anak yang berusia di bawah 17 tahun juga dapat menjadi korban pelecehan seksual. Apalagi belakangan ini, dunia maya tengah ramai memperbincangkan kasus kekerasan seksual pada anak. Berita buruknya, anak-anak yang mengalami pelecehan seksual kerap kali tidak menyadari kalau mereka dilecehkan. Padahal, hal ini dapat memengaruhi cara bertindak, berpikir, dan bagaimana perasaan anak seumur hidup.

Karena itu, penting bagi orang tua dan orang terdekat untuk mencegah anak menjadi objek pelecehan seksual. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi pada anak.

Lantas, tindakan apa saja yag perlu diberikan kepada anak-anak agar mereka tercegah dari kekerasan seksual?

1. Kenalkan Bagian Tubuh Anak Sejak Dini.

Cara yang pertama untuk dilakukan orangtua adalah dengan memperkenalkan bagian tubuh pada anak sedari dini. Hal tersebut bertujuan untuk mengajari anak apa arti dan fungsi sebenarnya dari bagian tubuh, terutama organ reproduksi yang dimiliki anak. Namun, penting bagi orangtua untuk menggunakan diksi yang pantas dalam menyebut bagian tubuh anak. Hal ini bertujuan agar anak mengetahui artinya dengan benar, sehingga dapat membantu anak berbicara dengan jelas jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

2. Beri Pemahaman Terkait Bagian Tubuh Pribadi (Privat)

Anak juga perlu diberi penjelasan bahwa mereka memiliki bagian pribadi yang tak boleh dilihat apalagi disentuh semua orang. Jelaskan bahwa orang tua dapat melihat anak telanjang saat mandi, tetapi orang lain hanya boleh melihat anak dengan pakaian mereka. Namun, jelaskan juga bagaimana situasi tertentu seperti saat diperiksa dokter dengan pendampingan orang tua, mengharuskan anak untuk melepas pakaiannya.

3. Ajarkan Anak Untuk Bilang ‘TIDAAAK’.

Pelecehan seksual dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, bahkan dalam lingkup keluarga besar. Oleh karena itu, ibu perlu mengajarkan anak untuk bilang “tidak” pada sentuhan atau aktivitas yang tidak diinginkan pada anak. Tujuannya tentu untuk menghindari pelecehan seksual. 

Sebagai contoh, ibu dapat mengajarkan anak untuk menjauh dan mengatakan “tidak” jika merasa tak nyaman saat digelitik atau dipeluk orang dewasa. Meskipun orang yang menyentuh anak adalah orang yang terlihat baik atau orang terdekat dari keluarga.

4. Tanamkan Budaya Malu Pada Anak.

Penting bagi orang tua untuk menanamkan budaya malu pada anak agar tidak sembarangan mengganti pakaian di tempat terbuka atau tempat umum. Selain itu, anak juga perlu diajari bahwa tidak ada orang yang boleh mengambil foto bagian pribadinya.

Itulah beberapa cara edukasi anak agar terhindar dari pelecehan seksual. Mulai dari memperkenalkan bagian tubuh anak sejak dini, hingga menanamkan budaya malu pada anak. 

Selain itu, orang tua juga perlu membentuk komunikasi yang hangat dengan anak dan senantiasa mengawasi kegiatan anak di luar rumah. Hal ini bertujuan agar anak mempercayai orang tua dan lebih terbuka terhadap apa saja yang dilaluinya. Sebagai contoh, ibu dapat mengantar atau menjemput anak ke sekolah setiap harinya.  

 

0 Komentar