Pada 8 Agustus 1900 Kabupaten Jepara dikunjungi tamu istimewa J.H. Abendanon yang menjabat sebagai Direktur Departemen Pendidikan, Kerajinan, dan Agama. Tujuan kedatangannya adalah untuk menjelaskan rencana pendirian kostschool untuk gadis-gadis bangsawan.
Kartini mendukung rencana tersebut karena akan menambah pengetahuan kaum perempuan, sehingga mereka akan menyadari hak-haknya yang selama ini terampas.
Kartini memberi masukan kepada J.H. Abendanon agar pemerintah juga membuka pendidikan kejuruan, sehingga perempuan memiliki keterampilan yang menjadikannya lebih mandiri. Sebab selama ini kedudukan perempuan sangat lemah dan bergantung pada laki-laki.
Penjelasan Kartini membuat J.H.Abendanon terkesan. Dia pun menyampaikan ingin memberikan Kartini kesempatan sekolah dokter. Namun sayang, lagi-lagi keinginan Kartini bersekolah kandas. Ayahnya menolak masuk sekolah dokter karena dominan murid laki-laki.
Meski begitu, Sosroningrat mengizinkan Kartini untuk mengikuti pendidikan guru sesuai cita-citanya sejak kecil. Pertimbangannya karena Kartini dicalonkan menjadi direktris kostschool yang akan didirikan pemerintah.
Abendanon dan Sosroningrat pernah berdiskusi di Jepada dan Batavia yang menghasilkan kesimpulan perlunya didirikan sekolah untuk perempuan di Jawa. Melalui surat edaran pada 20 November 1900 No 15336, Abendanon meminta para bupati memberikan pendapat tentang rencana tersebut.
Namun sebagian besar bupati menolak karena aturan adat bangsawan tidak mengizinkan anak perempuan dididik di luar. Harapan Kartini untuk ikut pendidikan guru pun sirna. Berbagai rintangan datang bertubi-tubi. Sempat putus asa tetapi akhirnya Kartini bangkit kembali.
Berbagai kesempatan dicobanya untuk meraih pendidikan. Salah satunya dia menemui Van Kol dan menguraikan pemikirannya tentang persamaan derajat laki-laki dan perempuan.
Kemampuan Kartini yang dianggap luar biasa mendorong Van Kol untuk membantunya mendapatkan pendidikan ke Belanda dengan biaya dari pemerintah. Dia berjanji akan memperjuangkan keinginan Kartini dan Roekmini belajar ke Belanda.
Salah satu syarat permohonan beasiswa ke pemerintah adalah izin orang tua. Tanpa disangka, orang tua Kartini memberikan izin untuk keinginannya tersebut.
Meski begitu banyak pihak yang berusaha menggagalkan keinginan Kartini. Salah satunya dilakukan oleh Abendanon dan istri yang mempengaruhi Kartini untuk belajar di Batavia daripada Belanda.
Suatu ketika, Abendanon menemui Kartini di Jepara untuk mempengaruhinya agar membatalkan keinginannya belajar di Belanda tetapi Batavia. Tanpa diduga, Kartini menyetujuinya.
Keputusan tersebut membuat teman-temannya di Belanda kecewa. Mereka merasa dikhianati setelah memperjuangkan dukungan Kartini sekolah di Belanda.
Meski demikian, surat permohonan Kartini dan Roekmini untuk belajar di Batavia tidak segera dijawab oleh pemerintah. Mereka memutuskan untuk membuka sekolah bagi anak-anak perempuan di pendopo kabupaten pada Juni 1903.
Sekolah itu menekankan pada pembinaan budi pekerti dan karakter anak. Semua aktivitas di sekolah didasari perasaan saling menyayangi dan mencintai.
Sekolah tersebut juga lepas dari pengaruh pemerintah. Kartini mengatur sekolah sesuai dengan gagasan yang ada dalam dirinya. Kebanyakan muridnya adalah anak priyayi di Jepara.
Kartini banyak menghabiskan waktu memikirkan pengelolaan sekolah yang baru didirikannya karena minat masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya terus bertambah.
Hingga akhirnya konsentrasi Kartini terpecah setelah datang utusan dari Bupati Rembang Raden Adipati Djojo Adiningrat yang membawa surat lamaran. Hal itu disambut bahagia oleh Sosroningrat.
Meski demikian, Sosroningrat menyerahkan keputusan pada Kartini. Tentu saja kebimbangan Kartini muncul dalam mengambil keputusan.
Kartini mulai berpikir menghitung keuntungan dan kerugian jika menerima atau menolak lamaran tersebut. Keinginan untuk membahagiakan orang tua dan membahagiakan dirinya menjadi alat untuk menimbang keputusan yang akan diambilnya.
Dengan berat hati, Kartini memutuskan menerima lamaran tersebut. Namun ada syarat yang harus dipenuhi oleh Raden Adipati Djojo Adiningrat yaitu:
Bupati Rembang menyetujui dan mendukung gagasan-gagasan dan cita-cita Kartini.
Kartini diizinkan membuka sekolah dan mengajar putri-putri bangsawan di Rembang.
Setelah Kartini menerima surat lamaran, dia menerima Surat Keputusan Gubernur Jenderal tentang pendidikannya ke Batavia. Namun surat itu sudah tidak berarti karena Kartini akan menikah dan Roekmini tidak mungkin pergi sendiri.
Kartini menuliskan surat kepada istri Abendanon untuk memberikan beasiswa tersebut pada seorang anak bernama Salim dari Riau yang ingin bersekolah di HBS Batavia.
Wafatnya RA Kartini
Kartini menikah pada 8 November 1903. Setelah pesta pernikahannya, Kartini mencurahkan perhatiannya dalam pendirian organisasi para bangsawan bumiputera di Jawa dan Madura.
Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadiningrat. Empat hari setelah melahirkan, Kartini wafat.
Kepergian Kartini mengejutkan banyak pihak seperti suami, ayah, kakak, dan adiknya, serta rekan-rekan Kartini yang selalu mendukung prosesnya mengenyam pendidikan.
Kartini disemayamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Penghormatan banyak disampaikan kepadanya. Pemikirannya juga diingat oleh penduduk di Rembang dan Jawa.
0 Komentar